Monday, January 30, 2017

Pengalaman ke Danau PLTA Koto Panjang yang Punya Potensi Luar Biasa



Berkendaraan roda empat dari Pekanbaru sekitar 2 jam menuju Danau PLTA Koto Panjang tidaklah terlalu jauh untuk sebuah potensi alam luar biasa yang akan ditemui di daerah yang masuk wilayah Kabupaten Kampar tersebut. Danau yang dibuat dengan menenggelamkan 16 desa untuk kebutuhan pembangkit listrik ini, kini menjadi potensi baru bagi masyarakat sekitar.

Melewati jalan mulus dari Pekanbaru ke Koto Panjang, kita akan melihat sungai Kampar, salah satu sungai terpanjang dan besar di Riau dan melewati Ibukota Kampar, Bangkinang. Perjalanan tidak membosankan, karena bila saat Anda pergi kebetulan sedang musim durian, maka sepanjang jalan akan banyak pondok-pondok kecil milik warga setempat menjual durian yang sangat nikmat.

Ketika sampai di pinggir Danau PLTA Koto Panjang, waktu menunjukkan hampir pukul 13.00 WIB, waktunya makan siang. Meskipun ada beberapa warung sederhana di pinggir danau, tidak seasyik menikmati makan siang di tengah danau seperti yang kami rencanakan sejak di Pekanbaru.

Sebuah sampan kayu bermesin sudah menunggu saya dan tim GreenRadio di pinggir danau yang tak berdermaga. Meskipun datarannya tak luas, namun di tempat inilah para pembeli ikan memuat ikan yang akan dipasarkan ke daerah Jambi, Sumatera barat dan Pekanbaru. Dari tempat ini pula petani keramba keluar masuk untuk meninjau keramba yang mereka miliki disana.

Tujuan pertama adalah pos pemantauan Dinas Perikanan Riau yang berada di tengah danau. Sekitar 10 menit bersamapan, kami dimanjakan pemandangan di kiri kanan danau yang menentramkan. Ratusan keramba tampak rapi terbentang di sejumlah tempat yang tidak mengganggu mata untuk menikmati keindahaan danau buatan tersebut. Air yang terlihat hijau yang dipadu dengan bukit dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, menyuguhkan pemandangan alam yang menyejukkan mata. Sayangnya, ada hal yang sedikit mengganggu perasaan karena ada sejumlah ikan yang mati mengapung di permukaan danau.

Sampai di Pos Dinas Perikanan dibuat dengan konstruksi yang mirip kapal, seorang anak muda penjaga pos menyambut sampan dengan menarik tali tambatan. Pos terapung ini memiliki teras yang cukup luas yang bisa dimanfaatkan sebagai balai pertemuan. Selain itu, juga ada 3 kamar dan 1 kamar mandi. Makan di teras yang berhadapan lansung dengan danau ditambah suara gemericik air yang ditimbulkan oleh ikan-ikan di keramba, menambah kenikmatan makan siang di Koto Panjang.

Agar selalu ada aktivitas rutin di pos, Kadis Perikanan Riau berinisiatif membuat sejumlah keramba budidaya ikan mas dan nila. Dua jenis ikan ini, paling baik hidup di danau PLT Koto Panjangang. Pasar untuk kedua jenis ikan itu juga sangat luas dengan harga yang menguntungkan.

"Potensi danau ini masih sangat besar. Saat ini baru 5 persen dari potensi danau yang dimanfaatkan untuk keramba ikan. Potensi lainnya adalah ekowisata. Danau ini cukup indah sebagai tempat tujuan wisata. Namun karena itu wilayahnya Dinas pariwisata, kami dari Dinas Perikanan tidak bisa mencampuri," kata Kepala Dinas Perikanan Riau, yang saat itu masih dijabat Prof Irwan Effendi.

Bila tidak gagal penen, lanjut Irwan, petani bisa meraup untung bersih Rp15 juta per kantong yang luasnya 6x6 meter. "Dalam 3 bulan sekali, petani sudah bisa panen. Namun akhir-akhir ini, petani terusik dengan kondisi air yang menurun dan mempengaruhi budidaya ikan. Pada minggu pertama Februari lalu, banyak petani yang melaporkan ikan-ikan mereka mati. Akibatnya mereka merugi ratusan juta hingga miliaran rupiah. Dugaan kami, kualitas air terganggu oleh limbah PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang ada di hulu danau," terang Irwan.

Asap akibat kebakaran hutan juga memiliki dampak negatif bagi kehidupan ikan, demikian pula masyarakat yang menggunakan racun rumput dan hama tanaman. Ketika hujan ringan turun, asap yang mengandung bermacam-macam zat tersebut dan racun tanaman, mengalir ke danau. Sehingga kualitas air menjadi kurang baik. Hal ini mempengaruhi kehidupan ikan. Menurut Irwan, faktor alam, sangat menentukan keberhasilan usaha keramba ikan di Danau Koto Panjang.

Perubahan cuaca yang ekstrim, juga menyebabkan ikan sakit. Menurut Marla, pemuda 21 tahun yang menjaga keramba milik Musa, ikan menderita penyakit herpes ketika terjadi perubahan musim dari musin penghujan ke musim panas. Kualitas air yang menurun ketika pintu air bendungan ditutup juga mempengaruhi kondisi ikan.


Di danau yang memiliki luas 13.000.000 Ha ini, tidak hanya menghasilkan ikan basah, tetapi juga ikan salai. Para penangkap ikan, banyak yang membuat gubug-gubug terapung di danau untuk tempat mereka mengumpulkan hasil tangkapan dan langsung mengasapkannya. Seperti yang dilakukan oleh Feri, warga Bangkinang.  Menurut Feri, setiap hari ia bisa mendapatkan hingga 8 Kg ikan paling banyak dan 1-2 Kg paling sedikit. Bila ia menggunakan api sedang, kurang lebih dua hari, ikan selesai di salai. "Permintaan terhadap ikan salai cukup besar dan harga jualnya juga tinggi. Untuk 1 Kg salai jenis baung, harga jual di pasaran mencapai Rp200 rb. Kami menjualnya di sini Rp150 rb perkilogram," terang Feri.

Meskipun kualitas air di Danau PLTA berubah-ubah dan mempengaruhi hasil perikanan disana, tidak menyurutkan masyarakat untuk terus memanfaatkan potensi alam Danau PLTA Koto Panjang. *

1 comment:

  1. Casinos in Canada 2021-2022 - GoOmans
    Casinos in Canada 2021-2022 · Casinos septcasino at Casinos casino-roll.com in https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ Canada. Learn about online poormansguidetocasinogambling.com casinos in 바카라 사이트 Canada, including casino list for 2021.

    ReplyDelete