Wednesday, February 1, 2017

Sepenggal Kisah Tentang Mama


Beberapa hari lagi mamaku berulang tahun, tepatnya 9 Februari. Ini tahun kedua mama berulang tahun. Sebelumnya, tidak pernah ada ucapan selamat ulang tahun, perayaan maupun doa untuk mama di tanggal itu. Karena mama meragukan dan merasa tanggal lahirnya selama ini belum pasti benar, meskipun di KTP dan surat-surat resmi tanggal kelahiran mama tercantum dengan jelas. Mama bilang, orangtua mama dulu buta huruf dan tinggal di kampung terpencil di Simpang Tiga, Pasaman, Sumatera Barat. Sehingga tanggal lahir yang pasti tidak tercatat dengan baik.

Mama selalu berupaya mencari kepastian tanggal lahirnya, minimal tahun kelahiran beliau. Bertanya ke kakak tertua dan saudara sepupu yang hampir seumur, dilakukan mama. Namun dari setiap orang yang ditanya, jawaban mereka jarang yang sama.

Lalu akhirnya mama berkesimpulan, surat nikah menjadi patokan. Data di surat tersebut adalah data yang diberikan oleh orangtua beliau. Tidak mungkin orangtua memberi data yang tidak benar. Meskipun agak sedikit ragu, mama kemudian berteguh hati bahwa tanggal kelahiran beliau adalah tanggal 9 Februari 1954.

Mama adalah sosok yang tangguh dan memiliki empati yang luar biasa, tidak hanya terhadap anak-anaknya, tetapi juga kerabat dan siapa saja yang dikenalnya. Bahkan dengan orang yang tidak dikenal, mama suka merasa tersentuh bila mendengar kabar yang menyedihkan dari mereka. Air mata sering tak terasa mengalir. Memang mama agak cengeng, gampang menangis. Tetapi tidak cengeng dengan nasib dan keadaan.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, dari seorang suami yang dulunya bekerja sebagai prajurit TNI AD, mama adalah istri dan ibu yang kuat. Sejak awal menikah, mama sudah sering ditinggal tugas oleh papa. Ketika kami, tiga anaknya masih bayi dan Balita, papa juga sering bertugas hingga berbulan-bulan meninggalkan keluarga, apakah itu sekedar kursus atau sekolah hingga perang ke Timor-Timur. Papa dua kali ditugaskan ke Timor-Timur, Tugas Seroja. Pertama di tahun 1977 dan kedua di tahun 1985 selama satu tahun. Tak jarang ada prajurit yang pulang hanya tinggal nama. Mama tahu resiko itu, sehingga selalu siap menerima kondisi terburuk yang akan menimpa papa.

Sebagai prajurit, penghasilan yang terbatas tidak membuat mama mengeluh. Beliau selalu berupaya membantu keuangan keluarga dengan cara yang ia bisa lakukan. Karena mama hobi memasak, maka berjualan es, manisan kedondong, kue, gorengan, baso, soto, lontong maupun nasi menjadi pilihan yang ia lakoni. Tidak hanya di rumah, mama juga pernah membuka kantin di dekat kantor papa saat kami masih tinggal di asrama Batalyon 131 Brajasakti, Payakumbuh.


Itu dilakukan mama sudah sejak lama, ketika kami, tiga anaknya masih kecil-kecil. Tak heran apabila keadaan kami setingkat lebih baik dari para tetangga. Ketika orang belum banyak yang memiliki lemari es di era 80-an, mama sudah punya karena untuk usaha berjualan es bungkus. Demikian pula, ketika orang-orang di asrama belum memiliki sepeda, kami sudah memilikinya hingga dua. Demikian juga ketika masih sedikit yang memiliki sepeda motor atau vespa, papa sudah mengendarai vespa.

Dulunya papa tidak pernah menyetujui usaha mama tersebut. Namun akhirnya papa dan mama bekerjasama untuk mencari uang tambahan. Bahkan produksi keripik pisang mama bisa masuk ke beberapa swalayan dan kios makanan di Pekanbaru. 

Mama bukan tipe istri yang suka meminta uang ke suami karena kekurangan uang belanja. Beliau selalu berusaha membuat uang bulanan yang diberikan papa cukup, sudah tentu dengan cara-caranya. Hal itu dilakukan mama dari kami masih kecil-kecil (TK dan SD), hingga sekarang. Saat kami SMA, mama sudah memiliki usaha katering yang lumayan untuk membiayai kuliahku dan dua adikku. Bahkan adik bungsu bisa kuliah di kedokteran hingga selesai karena keuletan mama dan tentu saja kecermatan papa dalam mengatur keuangan pendidikan kami.

Sekarang mama sudah berusia lebih dari 60 tahun. Sudah memiliki 7 cucu yang luar biasa. Tidak pernah ada permintaan khusus dari mama kepada kami. Kebahagiaan kami juga menjadi kebahagiaan baginya. Aku selalu ingin mama bahagia dan membahagiakan beliau di hari tuanya. Meskipun itu belum mampu kulakukan.

Mama selalu ada di saat kami membutuhkan. Menurutku, sudah tidak masanya mama memiliki beban dan bersusah payah di hari tuanya. Karena sekarang masanya untuk menikmati hidup, meskipun beliau kadangkala masih bersikeras tetap menjalankan usaha kateringnya. Doaku semoga mama bahagia dunia dan akhirat dan tetap sehat sehingga kami anak-anak mama bisa terus membahagiakan mama dan papa di sisa umurnya. Aamiin. Selamat Ulang Tahun Mama, We Love U Mom..

No comments:

Post a Comment